Yang dimaksud dengan Ilmu Geologi adalah ilmu yang berkaitan dengan pengamatan struktur batu-batuan yang ada di dalam bumi dan bentuk-bentuknya serta rekahan batu-batuan tersebut dan pengaruhnya. Sebagai sebuah ilmu, ia memiliki dasar dan cabang-cabangnya yang banyak. Namun yang akan menjadi perhatian kita dalam pembahasan ini adalah isyarat ilmiah yang terdapat pada beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kondisi geologi bumi.
Penelitian yang dilakukan para ahli geologi, salah satunya berkaitan dengan struktur bumi yang memiliki tingkat ketinggian tertentu seperti gunung. Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa berdasarkan geomorphologi, gunung memiliki fungsi sebagai pasak yang menancapkan bumi di jagat alam raya ini. Di mana puncak gunung menjadi penahan keseimbangan bumi dari arah atas. Dan bagian yang menancap di kedalaman bumi atau bagian akarnya menjaga keseimbangannya dari arah bawah dan berhubungan dengan inti bumi.
Dengan adanya gunung-gunung ini, keseimbangan bumi dapat terjaga, sehingga bumi tidak terlalu condong ke salah satu arah di tengah-tengah alam raya yang melingkupinya. Karenanya kita mendapatkan penyebaran gunung-gunung di bumi ini yang tampak teratur pada semua bagian dari permukaan bumi. Kita mendapatkan, di salah satu belahan bumi terdapat banyak dataran tinggi, sedangkan di tempat lain terdapat banyak dataran rendah.
Demikianlah fungsi dari gunung-gunung ini. Dan hal ini, telah diisyaratkan Al-Qur’an dalam surah An-Nahl ayat 15. Allah SWT berfirman: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu.”
Dengan memerhatikan ayat ini, kita mendapatkan ketelitian cara pengungkapan Al-Qur’an dalam memilih kata-kata yang dipergunakannya. Penggunaan kata ‘alqaa’, menunjukkan adanya peristiwa pemindahan materi-materi pembentuk gunung, baik yang berasal dari dasar bumi, lalu mengendap di permukaannya, maupun dari salah satu bagian dari permukaan bumi yang terbawa ke permukannya di bagian lain.
Contoh dari pemindahan yang terjadi dari dasar bumi ke permukaannya, terdapat pada gunung merapi yang menyemburkan lava dari kawahnya. Adapun contoh dari gunung yang terbentuk karena endapan yang terjadi di permukaan bumi, maka hal itu bisa diakibatkan karena kelapukan dan pengikisan, yang diiringi oleh serangkaian proses perubahan alami dan kimiawi sehingga endapan itu menjadi keras dan terkumpul menjadi materi pembentuk gunung.
Penggunaan kata ‘an tamida bikum’ menjelaskan fungsi gunung dalam menekan dan mengontrol gerakan bumi sehingga keseimbangannya di tengah-tengah jagat raya ini terjaga.
Inilah petunjuk Al-Qur’an yang menjelaskan tentang fungsi gunung-gunung. Di bagian lain, terdapat juga ayat Al-Qur’an yang menunjukkan adanya daratan rendah di permukaan bumi. Sebagai contoh, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an adalah wilayah tempat terjadinya peperangan (sebelum peperangan terakhir) antara pasukan Romawi dan Persia, yaitu lembah sungai Yordania, di mana pasukan Persia memperoleh kemenangan.
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli geologi menunjukkan bahwa lembah sungai Yordania pada saat itu, merupakan daratan terendah, dibandingkan daerah lain di belahan bumi ini. Inilah yang disinggung Al-Qur’an dalam surat Ar-Rum ayat 1-3. Allah SWT berfirman: “Alif Laam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat (terendah) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang.”
Selanjutnya di bagian lain, Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa bumi diliputi suatu lapisan gas yang menjaganya dari pengaruh langsung sinar matahari. Di mana pengaruh lapisan ini dapat kita rasakan secara langsung dalam kehidupan kita. Lapisan gas yang dimaksud adalah atmosfir bumi, yang mengelilingi seluruh permukaan planet bumi di mana kita hidup ini.
Karena adanya lapisan atmosfir ini, Al-Qur’an mengungkapkan bahwa manusia, hidup di bumi, bukan di atas bumi. Karena kalau kita hidup di atas bumi maka permukaan kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi. Dan ini tentunya bertentangan dengan realitas alam, dengan adanya atmosfir bumi yang mengelilingi semua permukaan bumi dengan kekuatan gaya gravitasinya.
Apa yang disampaikan di atas, telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surah Ar-Rum ayat 9. Allah SWT berfirman: “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi.”
Tentang sifat dari atmosfir, Al-Qur’an dalam salah satu ayatnya telah menjelaskan hal ini, yaitu makin tinggi meninggalkan permukaan bumi, maka tekanan udara pada ketinggian tersebut makin berkurang. Dan itu berpengaruh pada kemampuan benda-benda hidup seperti manusia untuk bernafas pada ketinggian tersebut, dikarenakan saluran pernafasannya terganggu karena persediaan oksigen yang menipis. Bahkan akibat dari persediaan oksigen yang sedikit itu, bisa mengakibatkan manusia seperti tercekik atau ia akan mati.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am ayat 125: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
Yang dimaksud dengan ‘dadanya yang sempit’ adalah terjadinya kekurangan oksigen pada saluran pernafasannya. Dan pengumpaan-Nya dengan pendakian ke langit, hal itu menunjukkan kurangnya persediaan oksigen pada ketinggian tertentu pada lapisan atmosfir bumi.
Dalam surah Ath-Thariq ayat 11, Al-Qur’an menyebutkan sifat lain dari atmosfir ini. Allah SWT berfirman: “Demi langit yang dapat mengembalikan.” Kalimat ‘dzatu ar-raj’i’, mengandung arti bahwa atmosfir memiliki daya untuk melindungi bumi, sekaligus memantulkan kembali gelombang elektronik yang membenturnya ke permukaan bumi. Kondisi ini dimanfaatkan manusia untuk membuat radio yang memanfaatkan energi gelombang udara. Dan umumnya, manfaat dari atmosfir ini, juga digunakan secara lebih luas dalam bidang telekomunikasi.
Selain dari hal di atas, Al-Qur’an juga membicarakan tentang lapisan bebatuan yang menjadi unsur terpenting bagi struktur pembentukan bumi. Lapisan ini memanjang, mulai dari permukaan bumi sampai ke dalam perut bumi, yang terdiri dari berbagai macam tingkatan bebatuan yang memiliki unsur fisika dan kimia tertentu.
Tingkatan kondisi batu tersebut terdiri dari berbagai macam batu-batuan yang secara garis besar terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu batu api atau batu bara, yang terbentuk dari magma yang mencuat dari dasar bumi kemudian membeku menjadi batu api. Dan terkadang magma ini juga bisa muncul ke permukaan bumi dan menjadi batu api yang terdapat di bagian atas bumi.
Kelompok kedua adalah batu endapan yang terbentuk karena endapan unsur-unsur batu yang terjadi melalui proses pengikisan dan pelapukan karena pengaruh udara atau air. Batu endapan ini, karena pengaruh dari pelapukan yang terjadi, terbagi ke dalam batu endapan mekanik yang terbentuk karena faktor endapan mekanik—seperti sungai, dan lautan—dan batu endapan kimiawi yang terbentuk karena proses endapan zat kimia tertentu—seperti karbonat kalsium—dan batu endapan biokimia yang terbentuk karena pengaruh makhluk-makhluk hidup yang memiliki bentuk yang sangat kecil dan rumit.
Jenis ketiga adalah metamorfik atau batu yang bentuknya dapat berubah-ubah karena pengaruh tekanan udara atau panas atau pengaruh keduanya. Batu-batuan jenis ketiga ini, pada awalnya berasal dari jenis batu api dan batu endapan. (DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal)
Sumber : http://ltqalhikmah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar